Tuesday, March 15, 2011

Kesaksian Yahya

Saya dilahirkan dan dibesarkan sebagai umat Islam di Malaysia. Ayah saya memastikan untuk mendidik saya secara Islam. Waktu saya masih kecil, saya diajar untuk mempatuhi kelima Sila agama Islam (“Shadat” – Pengaakuan Kepercayaan): sembayang, puasa waktu Ramadan, “Zakat” (memberi persembahan, ber-ziarah ke Mekah, dan menghafalkan Al’Quran. 

Pelajaran agama waktu di Sekolah Rendah dan Sekolah Menengah adalah kewajiban untuk semua pelajar Islam. Kerajaan Malaysia sangat istimewa dalam penyediakan pelajaran-pelajaran agama untuk orang-orang Islam, sehingga memudahkan untuk mereka menjalani kepercayaannya. Dari kecil sampai dewasa saya melakukan kewajiban ajaran Islam dan mematuhi hukum-hukum Allah dengan segenap hati and fikiran. Tetapi saya kurang merasa puas rohani. Segala perbuatan baik yang saya lakukan, saya masih meragukan kepuasan Allah terhadap perbuatan baik saya tersebut. Dalam saat pencobaan dan penderitaan, saya berseru kepada Allah tapi Dia terasa jauh dan tak perduli. 

Saya datang ke Amerika pada tahun 1981 untuk melanjutkan pendidikan di universitas. Saya sangat bergairah untuk melibatkan diri dalam kultur Amerika, tapi sayangnya saya terbawa lebih jauh dari kebenaran. Saya sangat emosi. Kawan saya seorang Kristen (yang kini menjadi isteri saya) memberikan kesaksian tentang kepercayaannya. Itu merupakan pertama kalinya saya mendengar tetang Injil (semasa saya dibesarkan, saya diajar bahwa orang Kristen adalah penyembah berhala. Orang Islam di Malaysia dilarang untuk mendengarkan kabar Injil). Kawan saya ini berkata:
Kita semua mempunyai sifat berdosa. Pertamakali, saya sukar untuk menerima bahwa kita semua bersifat dosa. Sebagai orang Islam, kita diajar bahwa manusia tidak dilahirkan sebagai orang berdosa melainkan karena kelemahan kita barulah kita berbuat dosa. Sebab itu di kalangan umat Islam, seorang lebih kurang dosanya dari yang lain, mengakibatkan seorang lebih rohani/suci dari pada yang lain.
Isa Al-Masih mati untuk menebus dosa manusia dan kita diampuni kalau kita mengakui dosa-dosa kita dan menerima Dia sebagai TUHAN dan Juru selamat. Hal ini juga sukar untuk saya percayai bahwa TUHAN mati untuk menebus dosa saya ? Itu sesuatu yang aneh bagi saya.
Saya mulai membaca Alkitab. Waktu saya membaca saya sangat terkesan dengan ajaran Isa Al-Masih yang penuh dengan kasih sayang, rahmat, dan anugrah. Di dalam seluruh Kitab injil (waktu itu saya hanya membaca perjanjian baru) ajaranNya sangat jelas: TUHAN sangat mengasihi kita. Saya juga mengetahui bahwa Isa Al-Masih adalah anak TUHAN dan Dia datang ke dunia sebagai manusia untuk kemudian mati untuk dosa manusia.

Sebagai orang Islam, hati saya bergumul dengan kebenaran yang saya baru dengar. Salah satu pasti yang benar. Pada tahun 1983, saya mulai menyelidiki mana yang benar. Saya berdoa “TUHAN, saya ingin mengenal engkau secara intim, kiranya engkau akan menyatakan diri Mu terhadap saya”. Selama tahun 1983 sampai 1985, saya terus mencari TUHAN. Akhirnya pada tahun 1985 melalui rahmat dan anugrah Nya, saya menemukan TUHAN. Selama tahun 1985 ini, secara sporadik saya pergi ke Gereja. Tetapi dalam satu kebaktian seorang pendeta berkotbah tentang Doa. Dinyatakannya bahwa alkitab berkata bahwa kita di lahirkan dengan dosa. Dan jika kita menerima Isa Al-masih sebagia TUHAN and Juru selamat serta bertobat, kita akan memiliki hubungan intim dengan TUHAN untuk selamanya. 

Dia mengatakan supaya berdoa sebagai berikut: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami secukupnya dan ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami juga megampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat”. 

Pada saat itu semuanya menjadi jelas. TUHAN pencipta semesta alam mengasihi saya. Dia mengenali saya secara intim. Saya tidak ditentukan untuk berdoa dengan bahasa Arab, Dia selalu mendengakan doa-doa saya. Keselamatan adalah karunia dari TUHAN, karena Dia mengasihi saya. Malam itu, saya bertobat and menerimasa Al-masih sebagai TUHAN dan Juru Selamat. 

Saya mengalami kedamaian dalam hati. Sampai kini saya tidak pernah menyesali keputusan saya untuk membiarkan Isa Al-Masih untuk menga
tur hidup saya. Sekarang saya sudah menikah dan di karuniai dengan 3 anak. Walaupun hidup tidak selalu indah, namun janji TUHAN selalu benar. Mazmur 23:4 “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku”. Dia selalu menyertai dan menguatkan saya melalui pencobaan and penderitaan. Kasih TUHAN adalah tanpa syarat. Dan karena TUHAN lebih dahulu mengasihi saya maka saya berusaha mengasihi Dia kembali dengan sepenuh hati, jiwa and pikiran.


Semoga TUHAN memberkatimu.
Yahya
Yahya85@yahoo.com

sumber

i

No comments:

Post a Comment